Mari bicara Jakarta! Tuesday, October 26, 2010

Mari kita berbicara tentang Jakarta!
Gue baru menetap di jakarta mungkin sekitar 7tahun terakhir, tadinya ngikut ortu yang karena tugas dinasnya itu pindah-pindah dari satu daerah ke daerah lain.
Merupakan hal yang baru ketika gue bersekolah di sini. Perbedaan jelas nya tentu dari segi pergaulan dengan berbagai macam latar belakang teman, sifat, kebiasaan yang multikultur dan arus menjunjung tenggang rasa yang tinggi disini.

Kota Jakarta mengalami pembangunan fisik dan ekonomi yang berjalan dengan pesat, menjadi suatu kota Metropolitan. Bahkan Kemajuan yang dicapai telah menjadikan kota ini sebagai barometer bagi kemajuan perekonomian nasional. Terbukti 70% uang negara berada diJakarta dan banyaknya perusahaan, investor asing. Bank Indonesia dan Bursa Efek jakarta menjadi simbol perekonomian.
Di jakarta kita bisa menemukan dengan mudah Mall-Mall yang isinya barang-barang brandit, Hotel-hotel bintang lima, Banyaknya mobil mewah berseliweran dijalanan, Apartemen-apartemen dengan fasilitas yang lengkap, Club-club yang menyediakan pilihan hiburan yang beragam, Gedung bertingkat dengan pemborosan listrik tinggi, apakah Indonesia miskin? seperti yang digembor-gembor kan di media? TENTU TIDAK! itu kalo kita melihat dari perspektif Jakarta sebagai kota metropolitan.

Photobucket
Jakarta sebagai kota metropolitan

Dari segi kependudukan Jakarta berbeda jauh dengan daerah lainnya. Urbanisasi yang terjadi memicu adanya pengangguran, kemiskinan, pengamen, meningkatnya tingkat kejahatan. mengapa demikian? ini merupakan implikasi dari Jakarta sebagai kota yang merupakan pusat perekonomian. Ketika Idul Fitri, kota ini kunjung sepi gak ada macet jalanan lancar, lalu kemana masyarakat jakarta? Mudik! ini membuktikan mayoritas dari penduduk disini adalah masyarakat multikultur dari berbagai daerah di Indonesia bukan orang betawi saja yag ada disini. Lalu apa yang terjadi setelah Mudik? masyarakat yang pulang kampung dan bertemu sanak saudaranya meliat dan berinteraksi terjadi suatu paragdima dimata orang daerah bahwa dengan datang ke Jakarta dan mencari nafkah di sini kehidupan akan jaoh lebih membaik. tak jarang misalkan yang mudik dari jakarta itu 1000jiwa dan yang urbanisasi kejakarta bisa sampai 2000jiwa. dan hal ini telah menimbulkan persoalan baru berupa makin bertambahnya pemukiman kumuh.
Jangan jauh-jauh deh, misalkan di Grogol (kampus gue didaerah sana) Tiap pulang atau pergi kampus gue slalu ngelewatin jembatan yang kalo udah sore dijadiin tempat para pemulung, pengamen jalanan, untuk tinggal.
Kejahatan bagian dari masalah sosial budaya kompleks di jakarta. Manusia butuh makan untuk bertahan idup! setuju? Masyarakat yang menetap dipinggiran jakarta mayoritas digaris kemiskinan,dan tidak merasakan pendidikan lalu apakah mereka mendengarkan, percaya atau menjalani apa yang direcanakan oleh PEMPROV DKI? mungkin tidak, mereka lebih berpikiran "keluarga saya bisa makan apa hari ini??" Dengan sedikitnya lapangan kerja, dan minimnya sumber daya manusia yang terampil kadang menjadikan suatu kejahatan sebagai suatu pilihan profesi.
Premanisme.

Photobucket
Kemiskinan, Cermin kota Jakarta

Berbicara tentang Jakarta tak lepas dari bencana alam rutinan "Banjir"
Tapi Apakah ini merupakan suatu bencana alam atau bencana yang diakibatkan oleh manusia?
kalo ngomongin banjir, gue trauma. bayangkan saudara-saudara gue pernah yah ngalamin yang namanya stuck dijalan berjam-jam, mati gaya. Dari Grogol kerumah bisa makan waktu 2,5 jam yang biasanya cuma 30menit doank.
Trus pernah dari Senayan kerumah 4jam. sadiiiis!
Ketika banjir datang banyak masyarakat yang tereak-tereak, memaki, menghina, menyindir, membanding -bandingkan pemerintahan Gubenur yang dahulu dan sekarang.
Apakah hal yang anda lakukan bisa merubah keadaan?
Toh..kalian juga yang memilih "mereka". Dan "mereka" juga adalah sama seperti kalian yang punya kekhilafan, nafsu untuk korupsi, kemunafikan, dan jangan berharap menginginkan hal yang lebih dari sesama manusia. Lebih baik kita berkaca pada diri sendiri dulu. Ini bisa jadi suatu pembelajaran ketika dahulu pas kampanye ada tagline "serahkan pada ahlinya" anggap saja ada warga bodoh & tidak perlu repot memahami problem Jakarta.

Kesalahannya pemerintah menurut gue adalah Dalam bentuk pemberian izin bangunan, pembangunan Real estate yang nyodorin konsep "hijau" tapi cuma kosmetik, dengan cuma modal pohon tapi gak punya sistem pengolahan sampah & penampungan hujan dan penataan kota yang masih amburadul. buat apa dibangun? Gagal menjelaskan akar masalah banjir Jakarta kepada warga & gagal mengajak warga beperan serta. Jika pemerintah daerah tak bisa, mungkin para warga bersama-sama dapat menyelamatkan Jakarta.

ooh yaaah baca ini yah biar kita bisa pintar bahwa memahami bencana tidak dari kacamata politik atau hal-hal mistis. Ada penjelasan yang logis mengenai ini:
http://benhan8.wordpress.com/2010/10/26/banjir-jakarta-salah-foke/

Photobucket
Banjir menjadi peer kita bersama

Ada yang bisa menyusun daftar "what-to-do"?
Kita bisa melakukan dari hal kecil untuk menyelamatkan sesuatu hal yang besar dihari depan, gak harus nunggu pak RT/RW/Camat/Bupati/Gubenur/Presiden dulu kan? Bisa dilakukan dari kebiasaan.

* Membuang sampah pada tempatnya.
Gue lagi berusaha banget nerapin hal ini didalam keseharian, membangun kesadaran pada diri sendiri emang agak susah. Tapi kalo ada kemauan pasti bisa kok :) berbuat sesuatu itu bisa dilakukan dari kebiasaan. misalkan abis makan permen, kalo bungkusnya sering dibuang gitu aja sambil mikir "aah ntar kan ada cleaning service" ubah mindset "dengan membuang sampah pada tempatnya dapat meringankan cleaning service, sekalian beribadah membantu orang"

*Meminimalisasikan penggunaan plastik
Suka emosi jiwa raga kadang kalo belanja di supermarket mbak-mbak kasirnya suka lebay kalo mo ngebungkusin barang-barang belanjaan. bagus sih niatnya untuk memisah-misahkan barang. tapi setelah itu plastiknya gimana? kalo gue lagi belanja, gue suka bilang: "gak usah diplastikin mbak, saya masukin tas aja. global warming :)"
Kalo terpaksa banget biasanya gue meminimalkan penggunaannya, dengan menyusun ulang barang belanjaan sendirian dan ngembaliin plastiknya ke mbaknya.

*Rajin naik Busway
Bukannya mau promosi sih, emang jam tertentu naik busway itu ngebetein, desak-desakan cuma dengan naik ginian kita bisa bepartisipasi mengurangi polusi. jika jarak tempuhnya masih make sense kita bisa mempergunakan busway, murah, punya jalur sendiri. tapi gak jarang sih mobil pribadi memakai jalur busway jadi macet deh.

Oh yaaaah wajib baca link ini, kita bisa belajar banyak dari Jepang tentang menangulangi banjir.
http://bebasbanjir2025.wordpress.com/pengendalian-banjir-mancanegara/

Apa lagi yah yang ada diJakarta? hhhmmm...sebenernya setiap bidang apapun itu pasti ada masalah, setiap orang hidup pasti ada permasalahan. contohnya gue, mungkin orang mikir biasa aja gitu anak kuliahan tapi sapa yang tau dibalik itu.
Permasalahan yang dihadapi Jakarta setidaknya bisa dilihat dari:

1. situasi kesejahteraan. Maksudnya masyarakat yang hidup di kota ini memiliki tingkat kesejahteraan yang berbeda-beda bahkan ada jurang sosial. Kalo kita ke Menteng, Pondok Indah bisa kita liat rumah-rumah mewah. bandingkan dengan rumah masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk disepanjang kali Angke, ciliwung. sama-sama warga jakarta kan?

2. situasi sosial budaya kerukunan, kepedulian antar warga. Masyarakat di Jakarta hidup dengan berbagai multibudaya, tetapi kadang jarang tercapai suatu kesepakatan untuk saling menghargai hal tersebut terlihat dari beberapa masyarakat yang bentrok dengan masyarakat lain, bahkan yah anak SMA juga suka tawuran dijalan. Budaya yang ditawarkan ada di Jakarta pun berbagai macam, mungkin hal ini juga yang ngebuat generasinya terlalu kelewat "gaul" tanpa menanamkn tradisi-tradisi nasional.

3. terjadinya krisis kepercayaan pada pemerintahan. Kenapa harus ada krisis kepercayaan? Manusia itu tidak akan pernah bilang kata puas, slalu saja menginginkan dan terus menginginkan sesuatu. wajar. Tapi bagaimana kalau masyarakat Jakarta mengalami krisis kepercayaan kepada Pemda DKI, wakil rakyat di DPR, atau bahkan kepada Presiden? Coba kita liat kinerja wakil rakyat, ada yang ingin studi banding ke Yunanilah dengan biaya dengan uang rakyat dan mendapatkan uang saku yang cukup besar bukankah sebaiknya uang tersebut dialokasikan untuk biaya korban bencana banjir Jakarta, para kaum duafa itu jau lebih baik? atau para wakil rakyat yang tidur pas sidang, beradu otot tereak-tereak ketika rapat. sehingga menjadi alasan para Mahasiswa rajin sekali berdemo.

Photobucket
Demo Mahasiswa akibat krisis kepercayaan kepada pemerintah

Hal ini pada hakikatnya dialami seluruh elemen masyarakat yang tinggal dan hidup di Jakarta. Sentralisasi yang dilakukan pemerintah Indonesia khususnya dipulau Jawa sebenarnya tidak efektif karena dengan demikian membuat tidak meratanya pertumbuhan angka penduduk. Bumi kita sudah cukup tua, Tanah dijakarta setiap tahunnya selalu menurun. Perubahan itu bukan dari pemerintahnya tapi dari elemen terkecilnya, yaitu warga masyarakatnya karena jakarta bukan milik Gubenur tapi milik semua orang yang tinggal dan hidup disini, Jakarta.

Mungkin bagi sebagian orang Jakarta bisa jadi magnet untuk datang ke sini, tapi buat gue pribadi, Gak! Gue cuma mau nyelesaiin kuliah disini, dan kerja , hidup tenang diluar jakarta dengan penuh kesederhanaan.
Beberapa waktu terakhir gue punya kesempatan untuk melihat banyak daerah selaen Jakarta. Gue ke Solo, Aceh, Medan, Sumbar, Kalteng disana banyak lhoo daerah yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Sayangnya daerah hutan didaerah Pangkalan bun Kalteng dikuasai oleh asing, dan miris dengan banyak melihat para relawan untuk pembangunan pasca tsunami Aceh yang berasal dari luar Indonesia.
Kemana masyarakat Indonesia? apakah masih terpesona dengan jakarta?

Eniwei...MARI KITA JAGA JAKARTA!!
See ya!

1 comments:

Anonymous said...

Hey, I can't view your site properly within Opera, I actually hope you look into fixing this.